Dari Mahabbah wa Taslim Hadirlah Karamah


Karamah itu semacam supporter dalam sebuah pertandingan: disiplin latihan, serius bertanding, berjuang di lapangan, barulah ada tepuktangan dukungan 

Santri-Motekar | Pembaca, mohon izin untuk menuangkan sedikit cerita pendek perjalanan Almarhum kakek saya yang dikenal di zawiyyah Kawalu dengan nama Mang Muhammad. 

Cerita ini perlu saya sampaikan sebagai sebagai bentuk tahaddus bin n'imah. Semoga menjadi hikmah atau pelajaran bagi murid Tarekat Idrsiyyah. Terutama kepada diri ini semoga bisa istiqomah menjejaki langkah suluk, seperti beliau.

Syahdan di zaman Syaikh Akbar Abdul Fattah ada seorang Ajengan di wilayah Cikarang Girang dekat Dadaha dan Cilolohan. Masyarakat mengenal beliau sebagai Ajengan Munir. 

Sebagai Ajengan, tentu beliau memiliki banyak santri, salah satu santrinya Muhammad. Ya, dialah Kakek saya.

Ajengan Munir memanggil santrinya ini dan memerintahkan, ‘Muhammad, kamu harus pergi ke Betawi!” 

Rupanya di Jakarta, Syekh Akbar Abdul Fattah akan mengadakan pengajian. “Kamu berangkat sekarang!” perintah Ajengan tanpa mengulang.

Tanpa bertanya lagi santri yang mahabbah wat taslim (cinta dan berserah diri) ini lalu pamit berangkat ke Betawi dengan perbekalan hanya nasi yang dibungkus dengan lauk pauk seadanya dan air minum secukupnya. 

Lalu santri ini berangkat menggunakan sepeda ontelnya. Ya sepeda ontel! 

Kesaksian Haji Anwar Cikarang bertemu Wali Mursyid

Konon perjalanan yang ditempuh bisa mencapai satu pekan lamanya. Maklum saja, masa itu alat tranportasi terbatas. Kalau pun ada, untuk ukuran seorang santri terhitung mahal ongkosnya. Plus medan yang berat, aspalnya tidak semulus jalan tol seperti sekarang.

Singkat cerita, di tengah perjalanan sang santri kehabisan bekal dan sangat kehausan. Ia kehabisan air. Tak ada orang untuk dimintai pertolongan. Tak ada setetes air untuk diminum. Justru yang ada malah kunang-kunang menghiasi kepalanya di siang hari bolong. 

Terik membakar!   

Dalam keadaan oleng itu, sekelebat dia ingat pesan Gurunya, “Kalau kamu ada apa-apa di jalan dan sudah tidak mampu untuk berusaha lagi maka minta pertolonganlah pada Allah dengan wasilah Syekh Akbar Abdul Fattah!” 

Maka dengan sepenuh udara tersisa di paru-parunya dia pekikan lafazh: “Madaad Syekh Akbar Abdul Fattah!” 

Kontan! Sosok Syekh Akbar hadir dengan membawa makanan dan minuman. 

Santri itu terbelalak, kaget menyaksikan keajaiban tersebut. Rasa lapar dan haus menyadarkannya. Panas dan lelahnya perjalanan membuatnya semakin lahap menikmati hidangan yang didapatinya.

Dari kejadian itu, mengertilah si Murid kenapa ia diperintah Abah Munir, Gurunya  untuk berangkat ke Betawi saat itu. Dia diperintah untuk memeuhi Undangan yang datang bukan dari manusia sembarangan. 

Semakin yakinlah ia dengan kebenaran Mursyid yang menuntun setiap Murid di mana pun berada. 

Akhirnya dengan diberikan kekuatan bekal tersebut si Santri tiba di Jakarta dengan selamat. Dia berhasil menuntaskan perintah gurunya. 

Wallahu A’lam bish Shawab.

MK Idrisiyyah | Seperti Penuturan seorang Murid kepada kepada Penulis pada 31/07/2018 

Silakan Klik:

Mafaza-Store

Lengkapi Kebutuhan Anda


Komentar

Postingan populer dari blog ini