Lima Keteladanan Bangsa Jepang

Lima Keteladanan Bangsa Jepang

Santri-Motekar | Bangsa Jepang meski kalah perang, berhasil bangkit. Tegak dari reruntuhan bom atom yang dijatuhkan Sekutu di Hirosima dan Nagasaki. 


Bangun, Berlari mengejar ketertinggalannya. Dalam waktu relatif singkat, merajai dunia otomotif. Mobil dan motor made in Japan berseliweran di jalan-jalan Amerika dan Eropa. Luarbiasa!


Lalu apa rahasianya? Inilah di antara potret kehidupan bangsa Jepang yang islami. Sementara, kita umat Islam kurang memperhatikannya:


Pertama, Menghargai Waktu


Orang Jepang selalu datang di awal waktu dan tidak ada istilah pulang cepat. Dalam Al Quran ada satu surat khusus tentang waktu (Al Ashr). 


Seharusnya umat Islam yang lebih menghargai waktu. Penerapannya harus dimulai dari diri sendiri. Hargai waktu dengan ilmu dan amal.




Kedua, Etos Kerja yang Tinggi


Semangat dan disiplin mewarnai kehidupan masyarakat Jepang sehari-hari. Orang jepang tidak suka pindah-pindah kerja. Mereka loyalis, dalam hidupnya rata-rata hanya bekerja pada satu atau dua perusahaan saja. 


Bukankah Nabi Muhammad mengajarkan, "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya," (HR Bukhari)


Ketiga, Gemar Membaca


Di Kereta atau ruang tunggu terlihat pemandangan orang membawa buku. Orang-orang Jepang menyempatkan diri untuk membaca. Jadi bangsa Jepang ini suka belajar dan meyakini buku adalah sumber ilmu pengetahuan. 


Padahal, Ayat pertama dalam al Quran adalah perintah membaca: ‘Iqra’ (اقرأ).



Keempat, Kebersamaan


Di dunia olahraga, Ekiden (駅伝) melambangkan kebersamaan dalam masyarakat Jepang. Ekiden adalah lomba lari berantai atau estafet jarak jauh. Tim yang terdiri dari sejumlah Pelari ini saling berlomba. Setiap pelari memakai tasuki (selempang), untuk dioper ke pelari berikutnya. Pelari di masing-masing tim mengoper selendang hingga pelari terakhir memasuki garis finish. 


Sedangkan hidup berjamaah diajarkan dalam ibadah umat Islam.


Kelima, Tertib


Tidak saling mendahului dalam antrian. Disiplin adalah budaya negara maju. Dengan kata lain, kalau mau maju kita harus disiplin. Dalam Islam diajarkan ketertiban dalam segala hal. Rukun Wudhu harus tertib, juga ibadah-ibadah lainnya. Tapi, umat Islam kurang mempraktekkannya dalam ibadah sosial.


Nah! Boleh jadi, semangat pantang menyerah bangsa Jepang itu karena didikan alam. Secara geografis Jepang itu sebuah negeri yang alamnya tidak bersahabat. Salju yang dingin, gempa yang mengancam dan Tsunami yang meluluh lantakan kapan saja. Barang tambangnya pun sedikit.


Keterbatasan sumber daya alam membuat bangsa Jepang, tak bisa hidup manja. Alam yang tersedia harus dimanfaatkan dengan maksimal dengan waktu yang efisien. Ayo mari kita bangun dari tidur panjang, bangkit, berlari mengejar ketertinggalan!


Terinspirasi dari Ceramah:

Syekh Akbar Muhammad Fathurahman dalam Dzikrul Makhsus Tarekat Idrisiyyah, Jumat, 10 Maret 2022


Istriku Pengeritik yang Jujur

Silakan Klik:

Mafaza-Store

Lengkapi Kebutuhan Anda



Komentar

Postingan populer dari blog ini